Mengapa Ibu memilih usaha ini?
Dulu awalnya saya ikut suami ke Mediun untuk
merantau ke Surabaya. Di sana, suami saya
bekerja di sebuah supermarket dan saya sendiri hanya menjadi Ibu rumah tangga.
Dan saat tahun 1990, saya beserta suami kembali ke Purworejo
karena saya merasa kehidupan kami saat di sana hanya jalan di tempat. Dan saat
kami kembali, kami memutuskan untuk membuka usaha makanan bebek goreng kerena saat
di Surabaya, saya melihat banyak orang jualan bebek goring, sedangkan
di Purworejo belum ada.
Berapa modal awalnya?
Awalnya kami hanya bermodalkan Rp 1 juta yang
berasal dari simpanan kami, saya membuka sebuah warung tenda di pinggir kali.
Menu yang kami sajikan saat itu adalah bebek goreng dan pertama kali buka hanya
menjual 3 ekor bebek saja. Nama warung
saat itu adalah “Warung Tenda Bebek Goreng.”
Bagaimana perjalanan usaha Anda?
Masa-masa awal usaha saya akui sering
mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari pesaing ataupun orang yang
masih asing dengan sajian bebek. Mereka bilang bahwa masakan bebek buatan kami
bau amis dan tidak enak. Saya memang sakit hati tapi saya tetap bersabar. Tak
hanya cibiran orang saja, kendala lain juga sering saya alami seperti seperti
saat musim hujan tiba, kali akan meluap dan barakibat pada warung warung kami. Walaupun banyak rintangan yang
saya alami, saya tetap gigih menjalankan usaha bersama suami saya. Bagi kami
sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas dan sabar suatu saat akan berhasil dengan
baik.
Dan Alhamdulilah dengan keyakinan kami, lama
kelamaan usaha bebek kami semakin membaik. Dari yang hanya habis 3 ekor per
hari naik menjadi 20 ekor dan terus meningkat sampai sekarang menjadi 400 ekor
per hari. Pada tahun 1995 kami pindah tempat usaha ke sebuah Pujasera. Dari
awalnya menyewa satu kios, kini kami sudah menyewa 4 kios untuk rumah makan
bebek kami.
Apa keistimewaan dan bumbu-bumbu bebek goreng
anda Anda?
Kalau menurut para pelanggan kami, Bebek
Goreng kami beda dengan yang lainnya, rasanya
begitu gurih dan empuk.
Kalau soal resep tetap sama. Ada juga kremesan yang terbuat dari
bumbu-bumbu ungkepan bebek yang ditambah tepung beras lalu digoreng. Sambalnya, kami membuat
dua resep sambal yaitu sambal hijau dan sambal terasi. Untuk sambal hijau kami
menggunakan cabai hijau, bawang putih dan kencur. Sedangkan sambal
terasi kami buat dengan cabai merah, bawang merah
dan bawang putih, tomat dan terasi.
Dari siapa Anda
mendapat resep tersebut? Apakah memang
sudah turun temurun?
Tidak, saya dapat resep dari hasil coba-coba
sendiri. Dan sampai sekarang saya masih mencoba resep-resep baru
agar bebek goreng buatan kami menjadi lebih baik lagi. Untuk sambal hijau ini
juga baru saya buat dan kremesan baru 3 tahun ini saya gunakan. Ya….. pokoknya
saya cuma mengikuti perkembangan yang ada saja.
Siapa-siapa saja konsumen yang datang kesini?
Ya banyak, dan tidak cuma orang-orang sekitar yang tertarik oleh bebek goreng kami. Seperti keluarga Sri Sultan Hamengkobuono, Amin Rais, dan para publik figur lain banyak yang tertarik dengan bebek goreng kami.
Kendala apa saja yang Anda alami?
Ya memang walaupun usaha kami semakin naik,
kendala yang kami alami tetap banyak. Namanya juga usaha pasti ada pesaing yang
suka ataupun tidak suka. Sampai pernah ada
yang bilang kalau saya melihara tuyul sehingga laris terus, ada juga yang
bilang kalau bebeknya dikasih bodrek dulu biar hasilnya baik. Tapi semua cuma
saya dengarkan. Biarkan mereka benci yang penting saya tidak punya perasaan
seperti itu pada mereka. Saya percaya, rezeki
Allah lah yang mengatur. Pernah juga ada pelanggan yang membayar dengan uang
palsu tapi saya tanggapi dengan ikhlas.
Saya dengar Anda juga membuka cabang, di
mana saja?
Alhamdulilah barkat usaha kasabaran dan doa
kami, kini kami
mampu membuka cabang yang berada di Yogyakarta dan Kutarjo.
Kenapa Anda membuka cabang dan barapa jumlah karyawannya?
Hal yang mendorong saya membuka cabang selain karena para pelanggan, saya juga ingin membuka lapangan kerja bagi para penduduk setempat yang masih nanggur. Mungkin kalau orang lain saya pikir-pikir lagi. Tapi kalau melihat tetangga atau saudara menganggur sebisa mungkin saya bantu.
Kalau soal karyawan, dulunya sich
saya hanya bekerja berdua dengan bapak dan sekarang kami memiliki 40 karyawan
di semua
cabang.
Apa ada juga ada rencana untuk membuka cabang
di Jakarta?
Sejauh ini saya belum ada rencana untuk
membuka cabang di Jakarta karena masih fokus ke daerah Jawa Tengah dulu.
Hasil apa saja yang sudah Anda dapat dari
usaha ini?
Kami banyak beryukur atas hasil usaha kami
yang telah dirintis selama 20 tahun sehingga
banyak yang bisa kami berikan untuk keluarga. Dan Alhamdulilah kami bisa menunaikan
ibadah haji saat tahun 2001 lalu. Saat sepulang dari haji saya mengganti nama
usaha kami menjadi “Rumah Makan Bebek Goreng Pak H. Dargo.” Semua yang
saya dapat ini adalah dari Allah yang dititipkan pada kami dan ini juga berkat
dari kerjasama yang baik dengan para karyawan. (2010)
Koresponden : Wisnu Sekar Maya & Ika
Haryati – Politeknik Sawunggalih
Aji
Sotonya Terasa Lebih nikmat dimakan waktu pagi,dimakan pake krupuk makin lahap.
BalasHapuspengen nyoba juga sotonya.